Wednesday, August 27, 2008

Petani Kopi Gayo Butuh Jaminan Pasar

MedanBisnis – Banda Aceh
Para petani kopi Gayo Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) membutuhkan jaminan pasar. Sehingga harga jual hasil kebun komoditi primadona mereka tidak dimonopoli pedagang besar Sumatera Utara (Sumut).

“Mustahil petani kopi bisa makmur jika masalah harga masih ditentukan pedagang besar. Harga kopi akan anjlok jika memasuki musim panen serentak di daerah kami,” kata Ruhdi Muharram, petani kopi di Bener Meriah, Selasa (26/8). Harga kopi jenis arabika gelondongan pada saat musim panen serentak bisa anjlok mencapai Rp 2.000/bambu. Sementara saat ini, berkisar antara Rp 4.000-Rp 4.500/bambu untuk biji kopi gelondongan.

“Musim panen serentak diperkirakan Oktober-Nopember 2008. Pengalaman sebelumnya, harga biji kopi anjlok saat musim panen serentak. Jika harga jual Rp 2.000/bambu seperti sebelumnya, maka jangankan untuk ongkos kerja saja tidak cukup,” tambahnya. Harga jual kopi petani berupa gabah, kata dia, saat ini mencapai Rp 12.000/kilogram dan biji (kering giling) mencapai Rp 25.000/kilogram kualitas terbaik di Bener Meriah.

Ruhdi menjelaskan, anjloknya harga jual kopi petani saat musim panen serentak itu dikarenakan tidak adanya jaminan pasar. Produksi kopi masyarakat petani Aceh Tengah dan Bener Meriah itu sampai saat ini masih ditentukan para pedagang besar di Medan, tambahnya.

Aman Ikoni, petani kopi Aceh Tengah lainnya menyatakan bahwa seharusnya pemerintah bisa menetapkan harga jual kopi petani sehingga tidak dipermainkan para pedagang besar di Sumut.

Selain itu, ia menyatakan sepanjang harga jual kopi petani tidak memiliki kepastian maka kehidupan ekonomi masyarakat akan terus terpuruk. Apalagi, saat ini harga berbagai jenis kebutuhan masyarakat terus melonjak tajam.

Luas areal kebun kopi usaha masyarakat di Bener Meriah saat ini diprakirakan mencapai sekitar 60 ribu hektar lebih dan Aceh Tengah seluas 40 ribu hektare lebih yang dinominasi kopi jenis arabika. (ant)

Coffee Tester's Flavor Wheel

Antara Gayo Dan Bordeaux

Beberapa bulan belakangan ini aku menghabiskan hampir seluruh
waktuku dengan teman lama dari Perancis yang berkunjung ke
Indonesia, selama itu usahaku sepenuhnya diurusi oleh istriku
kalaupun ada sesuatu hal yang perlu didiskusikan hal itu hanya kami
lakukan via telepon.

Pada awalnya aku berencana menemani kedua temanku ini hanya beberapa
hari saja selama mereka berbulan madu. Tapi setelah kami
menghabiskan beberapa hari bersama dan mengunjungi banyak tempat
tujuan wisata, kami melihat ada satu peluang usaha yang sangat besar
yang sayang sekali untuk dilewatkan sehingga ujung-ujungnya bulan
madu teman saya ini malah berakhir pada rencana kerjasama bisnis,
yang bidang usahanya tidak jauh-jauh dari urusan pariwisata.

Dalam perjalanan kami, kami bertemu banyak sekali dengan turis asal
Perancis, mereka datang ke Bali dengan fasilitas yang disediakan
oleh berbagai agent perjalanan dan kami menemukan ternyata di Bali
banyak sekali agent perjalanan yang hanya mengkhususkan pelayanan
mereka pada turis asal Perancis, bukannya bersaing mendapatkan
pelanggan malah, seluruh agent perjalanan yang kami temui itu
kewalahan melayani permintaan pelanggan mereka, bisa dikatakan
seluruh agent perjalanan di Indonesia yang melayani pelanggan asal
Perancis saat ini kesulitan memenuhi permintaan pelanggan mereka dan
mempunyai satu masalah yang sama KEKUKURANGAN GUIDE BERBAHASA
PERANCIS.

Kenapa hal ini bisa terjadi?. berdasarkan cerita teman saya ini,
ternyata saat sekarang ini memang adalah saat boom wisatawan asal
Perancis secara khusus dan eropa secara umum. Penyebabnya adalah
generasi 'baby boomers' yaitu generasi yang terlahir setelah perang
dunia kedua yang mengakibatkan ledakan penduduk beberapa tahun
sesudahnya sekarang sudah memasuki masa pensiun. Bagi orang
Perancis 'En Vacance' alias berlibur adalah budaya, bahkan di
Perancis Bank menyediakan kredit untuk berlibur. Bagi orang Perancis
yang tinggal di negara yang menganut sistem sosialis yang dilengkapi
dengan berbagai jaring pengaman sosial atau yang mereka
sebut 'securite social', masa pensiun adalah masa bersenang-senang.
Tidak perlu bekerja tapi kaya raya, mereka hidup dari asuransi yang
mereka bayarkan selama mereka bekerja dulu, peluang inilah yang kami
tangkap.

Urusan perbisnisan ini sementara saya cukupkan sampai di sini,
karena saya melihat ada hal menarik dari apa yang terjadi di
Perancis ini dengan situasi kekinian kita di Gayo secara khusus dan
Aceh secara umum.

Saat temanku ini bercerita tentang peluang bisnis pariwisata dari
generasi 'baby boomers' ini, aku bertanya kalau di negara mereka
begitu banyak orang yang tidak bekerja dan kerjanya hanya bersenang-
senang saja, lalu bagaimana caranya negara mereka membiayai diri.
Benar mereka membayar asuransi selama bekerja, tapi uang Asuransi
itu untuk bisa berkembang kan juga harus diputar bukannya beranak
sendiri. Nah disinilah saya melihat masalah dengan sistem sosialis
perancis yang sangat memanjakan warganya ini.

Menurut temanku ini, untuk membiayai gaya hidup para pensiuan ini,
merekalah para generasi muda Perancis yang harus bekerja keras dan
dibebani dengan pajak tinggi, masalahnya lagi jumlah generasi muda
Perancis tidak cukup banyak untuk menanggung beban gaya hidup para
orang tua ini, ditambah lagi banyak anak muda perancis sekarang yang
tidak suka bekerja, karena negara mereka juga menanggung biaya hidup
para penganggur. kalau dihitung-hitung kata teman saya ini gaji
bulanan orang yang bekerja pagi sampai sore ujung-ujungnya malah
lebih rendah dibandingkan pendapatan penganggur yang sama sekali
tidak bekerja, yang mendapatkan berbagai kemudhan mulai potongan
harga tiket bis, potongan biaya listrik, gas dan lain-lain yang
biaya hidup mereka justru ditanggung oleh orang-orang yang bekerja
pagi sampai sore ini. Pendapatan dikurangi pengeluaran para
penganggur itu justru lebih tinggi dibandingkan pendapatan bersih
dikurangi pengeluaran orang-orang yang bekerja.

Efek lain dari sistem sosialis Perancis yang terlalu memanjakan
warganya ini adalah banjir Imigran. Di Perancis banyak masalah
sosial yang ditimbulkan oleh Imigran asal Arab dan afrika yang
datang ke Perancis dan melahirkan anak di sana, lalu satu keluarga
hidup dari uang insentif yang didapatkan anak yang lahir di Perancis
dan otomatis menjadi warga Perancis itu. Masalah lain yang
diimbulkan oleh imigran Arab yang mengambil manfaat dari 'baik'nya
sistem sosialis ini adalah sikap eksklusifitas mereka yang tidak mau
berbaur dengan masyarakat setempat, yang bukannya datang lalu
menghormati budaya setempat tapi malah memaksa penduduk setempat
untuk menghormati cara hidup mereka. Lalu merekapun banyak terlibat
dalam berbagai aksi kriminal di negara itu. Sehingga secara umum
orang Perancis asli sentimen dan tidak begitu suka terhadap orang
Arab di negara mereka.

Situasi ini kurang lebih sama dengan sentimen orang Bali terhadap
orang Jawa yang datang ke Bali mencari nafkah tapi tidak menghormati
budaya setempat tapi malah memaksa penduduk setempat untuk
menghormati cara hidup mereka. Di Bali seluruh orag Bali hidup
berdasarkan 'tri hita karana' yaitu menghargai Tuhan (parahiyangan),
menghargai Manusia (pewawongan) dan menghargai alam (pelemahan).
Akibat dari cara hidup seperti ini orang Bali tidak akan sembarangan
membangun warung pojok di tepi jalan, karena bagi orang Bali
perbuatan seperti itu tidak menghargai pemilik tanah itu dan alam
tempat itu. Tapi orang Jawa yang datang dengan seenaknya membangun
tenda dan berjualan pecel lele di sana, akibatnya Bali tampak kumuh.
Melihat tanah kosong di pinggir kali orang Jawa langsung membuat
pemukiman, mendirikan Mesjid dan mengumandangkan azan di pagi Buta
yang mengganggu ketenteraman orang Bali non Muslim yang merupakan
penduduk setempat yang sejak nenek moyangnya tidak terbiasa dengan
itu. Banyaknya pendatang asal jawa yang belum berkeluarga di Bali
juga menimbulkan masalah lain yaitu maraknya prostitusi yang para
pekerjanya berasal dari jawa juga, bahkan hampir seluruh penghuni LP
Kerobokan isinya orang jawa.

Kembali ke masalah Perancis. Sistem sosialis Perancis juga mengatur
dengan ketat sistem perburuhan, hak-hak buruh sangat dihargai di
sana, di perancis mendirikan perusahaan tidak bisa seenaknya. sebuah
perusahaan di sana harus mampu menggaji karyawannya dengan baik
memberikan hari libur, membayar asuransi bagi karyawannya dan
memberi pesangon jika karyawannya berhenti bekerja, (jadi perusahaan
seperti milik saya yang mempekerjakan karyawan dengan
sistem 'kontrak putus' berdasarkan hasil kerja tidak mungkin eksis
di sana), akibat dari sitem yang sangat bagus seperti ini
apa?...EKONOMI BIAYA TINGGI.

Akibat EKONOMI BIAYA TINGGI, harga produk Perancis tidak bisa
bersaing dengan harga dari negara yang bisa menghasilkan produk yang
sama dengan biaya murah, sehingga banyak pabrik-pabrik di Perancis
yang mengalihkan lokasi produksinya ke negara yang ongkos buruhnya
lebih murah, misalnya pabrik Mobil Renault yang telah memindahkan
tempat produksinya ke Polandia. Juga ada kejadian tragis akibat dari
sistem perburuhan yang sangat bagus ini. BATA merek alas kaki asal
Perancis yang sangat terkenal ini dulunya adalah Ikon, mereka punya
satu lokasi produksi yang sangat luas dengan ribuan karyawan yang
tinggal di satu tempat, dilengkapi dengan rumah sakit sendiri,
sekolah dan berbagai fasilitas yang lain sehingga lokasi produksi
BATA ini menjadi sebuah kota yang dinamakan 'BATA VILLE', tapi apa
yang terjadi sekarang sistem sosialis Perancis yang mengharuskan
perusahaan untuk membayar buruh dengan upah yang sangat tinggi ini,
BATA tidak mampu lagi menjual produknya dengan harga wajar, sehingga
terpaksa harus menutup pabriknya dan BATA VILLE pun menjadi kota
mati.

Berdasarkan cerita ini dan melihat posisi ekonomi si biang kapitalis
Amerika yang diambang kiamat, aku mengambil satu kesimpulan : kalau
di dunia ini tidak ada satu ideologipun yang sempurna dan bisa
dianut dengan sistem 'paku mati'. Semua ideologi harus terus
direkonstruksi sesuai bingkainya. Sebuah ideologi harus selalu
dinamis disesuaikan dengan situasi aktual yang diciptakan oleh
perubahan zaman. Karenanya aku sangat berharap kepada teman-teman di
PRA, kalau nanti di Pemilu 2009 mendapatkan suara yang cukup
signifikan untuk tidak terlalu kaku memaksakan penerapan ideologi
Sosialis, sebelum terlebih dahulu mempertimbangkan BINGKAI keacehan
saat ini.

Lalu aku bertanya pada teman ini kalau begitu situasinya, bagaimana
caranya Perancis tetap bisa bertahan?... lalu jawab si teman ini,
dengan sistem seperti ini sekarang Perancis hanya bisa bertahan
dengan memproduksi barang-barang ekslusif, semisal Parfum, pakaian
bermerek yang sangat mahal atau minuman semacam anggur dan
pemerintah mereka sangat ketat dalam menjaga mutu barang-barang
produksi mereka.

Misalnya anggur, ada banyak daerah penghasil anggur di Perancis,
misalkan Languedoc, Loire, Champagne, Alsace, Rhone atau Bourgogne
tapi yang paling terkenal tentu saja Bordeaux .

Di Perancis pengawasan terhadap produksi anggur ini sangat ketat .
Untuk anggur ada namanya Grand Vins, ini anggur mahal yang nggak
bisa sembarangan membuatnya. harus jelas dihasilkan di daerah mana
dan di kebun yang mana, anggur dari satu daerah tumbuh tidak bisa
dicampur seenaknya apalagi dengan anggur dari daerah lain Bordeaux
dengan Bourgogne misalnya. Kalau dicampur seenaknya namanya Vins de
Village alias anggur kampung yang harganya murah meskipun tetap saja
berkualitas tinggi namanya juga anggur Perancis. Karena meskipun
anggur kampung, tetap saja harus melewati berbagai persyaratan ketat
dan bahkan untuk anggur kampungpun tidak boleh mencampur Bordeaux
dengan Bourgogne. Pemerintah Perancis dan juga masyarakatnya benar-
benar STRICT dalam urusan kualitas ini. Yang berani macam-macam bisa
diancam dengan hukuman penjara.

Karena Bordeaux yang paling terkenal, maka di sini saya hanya akan
membahas anggur produksi Bordeaux. Seperti semua perkebunan anggur
di Perancis yang selalu terletak di dekat aliran sungai, maka
perkebunan anggur paling besar dan paling penting di Bordeaux juga
ada di sepanjang aliran sungai yaitu sungai Gironde. Perkebunan
anggur Bordeaux yang paling dekat dengan Atlantik, di sebelah timur
sungai Gironde adalah wilayah 'medoc', Grand Vins nya Bourdeaux
banyak diproduksi di wilayah ini. Satu wilayah seperti Medoc sendiri
masih terbagi-bagi kedalam beberapa wilayah lagi, yang paling dekat
dengan pantai atlantik ada wilayah perkebunan anggur yang namanya
Saint-estephe, berbatasan dengannya ke arah hulu ada Poillac, di
hulunya lagi ada Saint-julien dan Listrac moulis. Setelah Listrac
Moulis dan paling dekat dengan hulu ini namanya wilayah Margaux .
Semua anggur yang dihasilkan di wilayah ini tergolong Grand Vins,
tapi diantara Medoc sendiri anggur yang dihasilkan di wilayah
Poillac dan Margaux adalah yang paling prestisius

Sementara itu berdekatan dengan Medoc tapi letaknya di seberang
sungai Gironde disebut Cote de Blaye dan Cote de Bourg, anggurnya
juga bagus tapi digolongkan dalam 'petit vins' yang kelasnya jauh
sekali di bawah anggur produksi Medoc. Tapi kira-kira 30 km dari
tepi Gironde di sebelah Cote de Blaye dan Cote de Bourg, ada lagi
wilayah St-Emilion. Seperti medoc, anggur dari sini juga Grand Vins,
malah di sini di wilayah Pomerol terdapat salah satu merek anggur
paling prestisius dan paling mahal di dunia yang dihasilkan oleh
Chateau Petrus yang juga dijual dengan merk yang sama. Untuk Anggur
merk ini produksi tahun 2000 (untuk anggur beda tahun produksi, beda
kualitas ini kiatannya dengan banyak sedikitnya sinar matahari,
dalam dunia perangguran, tahun produksi ini disebut 'Millesime'),
hari ini harga sebotolnya sudah ribuan Euro. Untuk memproduksi
anggur dibutuhkan suhu yang tetap karenanya anggur diproduksi dalam
goa-goa buatan di bawah tanah yang letaknya bisa 50 meter di bawah
tanah supaya suhunya tetap (bahkan untuk Champaigne bisa 200 meter
di bawah tanah) di wilayah St-Emilion ini ada 200 kilometer goa
penyimpanan bawah tanah.

Nah anggur ini banyak miripnya dengan kopi. Kopi juga seperti
anggur, misalkan kopi yang tumbuh di dataran tinggi Gayo. Biarpun
sama-sama kopi Gayo, tapi kulaitas kopi Gayo Timang Gajah dengan
dengan Blang Gele apalagi Lukup Sabun, sangat berbeda. Masing-masing
daerah punya Kopi dengan karakter rasa sendiri. Untuk Kopi Gayo,
varietas kopi, jenis tanah dan ketinggian tempat tumbuh sangat
mempengaruhi rasa. Ketinggian tempat tumbuh ini ada kaitannya dengan
lamanya proses pematangan buah, makin tinggi tempat kopi tumbuh,
makin lama proses pematangannya, makin lama proses pematangan kopi,
makin banyak nutrisi yang diserap biji kopi dari tanah, bijinya
makin berat dan rasanya juga semakin bagus.

Seperti Bordeaux yang punya tempat istimewa dalam dalam
Peta 'Perangguran' dunia, demikian juga kopi Gayo. Kopi Gayo yang
tumbuh di dataran tinggi Gayo yang merupakan daerah produksi Kopi
Arabika terbesar di ASIA juga punya tempat sangat istimewa dalam
peta perkopian dunia yang kalau serius dikembangkan juga akan bisa
menjadi jualan yang sangat prestisius seperti Anggur Bordeaux. Yang
membedakan antara Anggur Bordeaux dan Kopi Gayo adalah mentalitas
Masyarakat dan terutama Pemerintahnya, kalau Pemerintah Perancis
khususnya pemerintah dan kaum intelektual wilayah Bordeaux dan juga
masyarakatnya benar-benar STRICT dalam urusan kualitas ini, maka
Masyarakat Gayo malah lebih suka mencampur Kopi Istimewanya dengan
biji kopi Robusta yang diolah sedemikian rupa sehingga menyerupai
bentuk kopi arabika. Pemerintah dan anggota Parelemennya?...Lebih
suka sibuk mengipasi masyarakat untuk membentuk Provinsi baru,
seolah-olah dengan adanya Provinsi baru itu tanpa perlu ada usaha
apapun Sim Salabim...taraf hidup masyarakat Gayo akan naik dengan
sendirinya. Intelektualnya?... daripada memikirkan hal yang terbaik
untuk daerahnya lebih suka memposting berbagai informasi palsu dan
menyesatkan di milis-milis yang menggambarkan seolah-olah Provinsi
ALA sudah benar-benar akan lahir.

Efek nyata dari dua sikap yang berbeda ini dapat kia saksikan dengan
jelas. Kalau untuk Anggur importer merasa yakin dengan kualitasnya
kalau membeli anggur langsung dari Bordeaux. Sebaliknya untuk Kopi,
Importer justru lebih merasa yakin dengan kualitasnya kalau membeli
Kopi Gayo melalui perantara dari Medan atau Singapura atau malah
Kopi Gayo dengan paten Belanda.

Wassalam

Win Wan Nur
Ketua Forum Pemuda Peduli Gayo