Monday, December 29, 2008

Penjualan Gelondong Rusak Mutu Biji Kopi

REDELONG – Sejumlah pengusaha yang memasok kopi gelondong (biji kopi merah yang baru dipetik) ke luar daerah dapat menurunkan mutu kopi dan merusak aroma khas kopi Gayo.

Pengiriman kopi gelondong ke luar daerah ditengarai mulai dilakukan oleh sejumlah pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan kopi di Bener Meriah. Hal itu dibuktikan dari pengamatan sehari-hari dimana puluhan ton kopi gelondongan yang siap dipasok keluar daerah.

Data yang dikumpulkan Serambi beberapa waktu lalu, petugas Pos Retribusi KM-35, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah menahan sekitar 10 ton kopi gelondongan yang akan dikirim ke luar daerah. Padahal, Pemkab Bener Meriah telah melarang penjualan kopi gelondong ke luar daerah, tetapi sejumlah pedagang kopi daerah itu masih membandel untuk memasok kopi ke luar daerah dalam bentuk gelondongan.

Bupati Bener Meriah, Ir H Tagore Abubakar, Rabu (5/11) mengatakan, penjualan kopi gelondong ke luar daerah, disamping merusak kualitas dan aroma khas kopi Gayo, banyak warga daerah itu kehilangan pekerjaan. Karena prosessing kopi dari kopi gelondong hingga menjadi biji kopi hijau (green coffee) menyerap banyak tenaga kerja. “Sebenarnya aturan dengan tidak mengirimkan kopi gelondongan sudah sejak lama ada, tetapi tidak dipatuhi oleh sejumlah pegusaha kopi di daerah ini, dan untuk ke depannya hal itu tidak boleh lagi karena merugikan daerah dari segi nama dan mutu kopi asal Kabupaten Bener Meriah,” ungkap Bupati Bener Meriah.

Dikatakannya, banyak faktor pertimbangan untuk melarnag penjualan kopi gelondong ke luar daerah, selain merusak kualitas dan aroma, biji kopi asal dataran tinggi Gayo, biji kopi hijau (green coffee) Gayo sudah dikenal hingga luar negeri karena kualitas dan aromanya jika dibandingkan dengan daerah lain. Untuk itu, harap Ir H Tagore Abubakar, pengiriman biji kopi keluar daerah tidak dibenarkan memasok yang masih dalam kondisi gelondong, tetapi biji kopi yang benar-benar telah diolah menjadi biji kopi kering. “Tidak dibenarkannya pasokan biji kopi dalam kondisi masih gelondongan, karena banyak merugikan daerah, terutama Bener Meriah, penghasil kopi terbesar,” imbuh Bupati Tagore AB.(Serambi Indonesia/c35)

Wednesday, December 24, 2008

Pensortiran dan Pengklasifikasian Mutu Biji Kopi

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pensortiran kopi asalan antara lain yaitu :

- Sortasi penggolongan asal, jenis kopi, dan cara pengolahannya.
- Sortasi untuk membersihkan kotoran
- Sortasi untuk menentukan kelas/standar mutu biji kopi

Beberapa klasifikasi dan standar mutu biji kopi yaitu :

- Berdasarkan jenis kopinya yaitu Robusta, Arabika dan jenis lainnya
- Berdasarkan proses pengolahannya yaitu pengolah kering dan pengolahan basah
- Berdasarkan nilai cacatnya ada 6 tingkatan yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

PENJELASAN :

A. Pensortiran
Sortasi penggolongan asal, jenis kopi, dan cara pengolahannya. Kopi dibedakan berdasarkan: pengolahan basah atau kering; gelondongan merah dan bernas, gelondongan hijau, kopi rambang, atau kopi yang terserang bubuk ; dan dari jenis Robusta (berwarna hijau muda-hijau kekuningan), Arabika (berwarna kebiru-biruan, atau Liberika/Hibrida (berwarna kuning kecoklatan).

Sortasi untuk membersihkan kotoran berertujuan untuk membersihkan kopi dari kopi gelondongan, kopi berkulit tanduk, dan kotoran, seperti pecahan ranting, kulit biji, tanah, kerikil, serangga, biji berjamur dan berbau busuk. Petani biasanya hanya melakukan sortasi sampai tahap ini.

Sortasi untuk menentukan kelas mutu bertujuan untuk mengklasifikasikan kopi menurut standar mutu yang telah ditetapkan. Kopi dipisah-pisahkan menurut jumlah
nilai atau kadar cacatnya.

B. Klasifikasi mutu biji kopi

Klasifikasi mutu berdasarkan sistem nilai cacat yaitu :

 Mutu 1 : Jumlah nilai cacat maksimum 11
 Mutu 2 : Jumlah nilai cacat 12 -25
 Mutu 3 : Jumlah nilai cacat 26 - 44
 Mutu 4 : Jumlah nilai cacat 45 - 80
 Mutu 5 : Jumlah nilai cacat 81 - 150
 Mutu 6 : Jumlah nilai cacat 151 - 225

Penentuan besarnya nilai cacat yaitu :

 Jenis cacat 1 (satu) biji hitam nilai = 12
 Jenis cacat 2 (dua) biji hitam sebagian nilai = 11
 Jenis cacat 1 (satu) biji hitam pecah nilai = 11
 Jenis cacat 1 (satu) kopi gelondongan nilai = 14
 Jenis cacat 4 (empat) biji coklat nilai = 11
 Jenis cacat 1 (satu) husk ukuran besar nilai = 12
 Jenis cacat 2 (dua) husk ukuran sedang nilai = 15
 Jenis cacat 5 (lima) husk ukuran kecil nilai = 110
 Jenis cacat 10 (sepuluh) biji berkulit ari (robusta proses basah) nilai = 12
 Jenis cacat 2 (dua) biji berkulit tanduk nilai = 12
 Jenis cacat 2 (dua) kulit tanduk berukuran besar nilai = 15
 Jenis cacat 5 (lima) kulit tanduk berukuran sedang nilai = 110
 Jenis cacat 10 (sepuluh) kulit tanduk berukuran kecil nilai = 15
 Jenis cacat 5 (lima) biji pecah nilai = 15
 Jenis cacat 5 (lima) biji muda nilai = 110
 Jenis cacat 10 (sepuluh) biji berlubang satu nilai = 15
 Jenis cacat 5 (lima) biji berlubang lebih dari satu nilai = 110
 Jenis cacat 10 (sepuluh) biji bertutul-tutul (untuk proses basah) nilai= 11
 Jenis cacat 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar nilai = 51
 Jenis cacat 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran sedang nilai = 21
 Jenis cacat 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil nilai = 1
(BPTP-UN FAO/uwein-kopigayo)

Varietas Kopi Arabika di Tanah Gayo

Kopi Arabika saat ini merupakan salah satu komoditi unggulan daerah di Tanah Gayo yang telah memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan pendapatan petani dan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD). Di Dataran Tinggi Gayo, hingga saat ini dikenal secara luas 6 (enam) varietas atau kultivar kopi arabika, yaitu :

1. Bergendal
Varietas Bergendal termasuk varietas atau kultivar kopi Arabika lokal. Dapat tumbuh di ketinggian 1.200 – 1.500 m dpl, sangat rentan terhadap penyakit Karat Daun (Hemileia vastarix, B. et, Br), namun mempunyai mutu yang sangat baik.

2. Rambung
Kopi Rambung dicirikan oleh buahnya yang besar dan panjang, buah dan bijinya paling besar di antara kultivar kopi arabika yang ada di Dataran Tinggi Gayo, namun jenis ini sudah mulai jarang dijumpai, karena varietas ini memerlukan tempat yang lebih lebar karna pertumbuhannya yang begitu pesat.

3. Sidikalang
Varietas ini sangat rentan terhadap penyakit karat daun (Hemileia vastarix, B. et,Br), dapat tumbuh di ketinggian 1.200 – 1.500 m dpl. Varietas ini mempunyai mutu yang sangat baik sehingga sangat disukai oleh konsumen di luar negeri.

4. Kopi Jember (Lini. S)
Di Dataran Tinggi Gayo varietas ini banyak di tanam pada ketinggian sedang (800 – 1000 m dpl), tahan terhadap penyakit Karat Daun (Hemileia vastarix, B. et, Br), rentan terhadap serangan hama bubuk buah kopi (Stephanoderes hampei. Ferr) dan hama penggerek batang (Zeuzera Coffeae), selain itu varietas ini juga mempunyai mutu yang kurang baik sehingga sudah mulai ditinggalkan oleh petani

5. Kopi Tim Tim Arabusta
Varietas ini berasal dari Timor Timur yang merupakan hasil persilangan alami antara kopi arabika dengan kopi robusta, mempunyai mutu fisik biji yang sangat bagus namun tidak disukai oleh konsumen di luar negeri, karena citarasanya masih diturunkan oleh kopi robusta.

6. Ateng Jaluk ( Catimor Jaluk)
Varietas Catimor Jaluk oleh masyarakat tani lebih sering menyebut dengan nama kopi Ateng. (uwein/kopigayo)