Tuesday, July 31, 2012

Empat Masalah Ganjal Kopi Gayo Kuasai Pasar


MedanBisnis – Takengen. Ekspor kopi Gayo cukup banyak. Tercatat untuk negara tujuan di Amerika dan Eropa volumenya mencapai 50.000 ton per tahun. Kopi tersebut berasal dari kawasan pertanian di dataran tinggi Gayo yang digarap lebih dari 62.000 kepala keluarga (KK) di lahan seluas 87.000 hektare.
Meskipun demikian, pasaran dan produksi kopi Gayo bukan tidak mengalami kendala, setidaknya ada empat permasalahan utama seperti masih kurangnya tujuan negara ekspor, kurang modal, kurang promosi dan hasil produksi yang tidak stabil.

“Selama ini, kopi Gayo diekspor dari Medan, Sumatera Utara, ke beberapa negara tujuan dengan beberapa nama seperti kopi Mandailing Sumatera Utara dan sebahagian kopi Sidikalang, dengan tidak mencantumkan kata Gayo, meski sebahagian besar kopi ekspor tersebut berasal dari dataran tinggi Gayo yakni Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues,” kata Ketua Asosiasi Produser Fair Trade Indonesia (APFI), Mustawalad, kepada MedanBisnis baru-baru ini.

Dengan adanya sertifikat Indeks Geografis (IG) yang telah diperoleh, katanya, seharusnya pengusaha atau eksportir mencantumkan nama Daerah Gayo.

Kedua, tentang keberlanjutan produksi, dijelaskannya, dengan adanya perubahan iklim sangat menentukan produksi kopi. Ketidakstabilan hasil produksi kopi dari petani pada masa panen bisa mempengaruhi harga jual di tingkat lokal maupun international.  Disarankan, perlu adanya penelitian untuk menemukan varietas baru kopi, sehingga produksi kopi bisa stabil dan petani lebih diuntungkan.

“Rata-rata produksi kopi per tahun 700 kg per hektare, namun diyakini masih bisa ditingkatkan apabila ada perhatian khusus terhadap pertanian kopi ini,” ujarnya.

Permasalahan lain, mengenai perluasan pasar. Meski kopi arabika Gayo sudah dikenal, namun pasaran kopi jenis ini masih sangat potesial bila juga dipasarkan ke beberapa negara Asia. Saat ini ekspor kopi Gayo masih didominasi ke Amerika Serikat dan sebahagian negara Eropa. “Kalau pasaran kopi bisa ke seluruh Asia, maka akan meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Gayo,” ujar Mustawalad.

Terakhir terkait kendala pendanaan, butuh bantuan perbankan untuk mendongkrak penjualan kopi ke level international.

“Berbicara tentang kopi, maka butuh modal yang besar. Saat ini pengumpulan kopi ke eksportir oleh pedagang, lebih banyak dilakukan dengan sistem koperasi.  Untuk itu masih dibutuhkan bantuan dari perbankan, karena modal usaha kopi ini sangat besar sedangkan sistem bank harus ada agunan seperti sertifikat kepemilikan hak tanah,” ucapnya.

Ditambahkan Mustawalad, produksi kopi arabika Gayo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan beberapa negara produsen kopi. Saat buah kopi merah, dalam satu tangkai (ranting) di waktu bersamaan bisa tumbuh bunga kopi yang akan menjadi cikal bakal buah. Hal  ini karena panen kopi di Gayo sangat tradisional, menggunkan petik tangan, sedangkan di negara Eropa sudah modern yaitu mengunakan mesin sehingga buah merah maupun hijau sekalian terpetik. (ck09)

No comments: